SOSBUD – Pupuhu Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis), Andri Perkasa Kantaprawira, menyampaikan refleksi kebangsaan atas perkembangan kekinian. Gerakan Pilihan Sunda sebagai pergerakan perjuangan perhimpunan orang orang merdeka dan beriman untuk membela Indonesia melindungi Nusantara.
“Mencermati perkembangan situasi sikap elit nasional di Ibu Kota Negara Jakarta. Sesungguhnya dalam perspektif sejarah hukum internasional merupakan wilayah yang “dipinjam-pakaikan” oleh Pasundan kabarnya sekarang direncanakan akan dipindahkan, sehingga Jakarta hanya akan menjadi pusat bisnis nasional,” katanya.
Menurut Andri, jika pusat penerintahan akan dipindahkan keluar jawa salah satunya Palangkaraya sebagaimana gagasan cita cita Bung Karno, maka Jakarta akan kembali ke posisi sejarahnya sebagai Sunda Kelapa seperti pada masa kerajaan adil makmur Pajajaran.
Menjelang Ramadan, momentum yang tepat untuk refleksi. Bulan haram dalam melakukan pertikaian – “peperangan” diharapkan elit-elit nasional dapat melakukan tafakur kebangsaan dengan kebersihan hati dan Kejernihan pikir (wening ati, wening galih) untuk menjadi elite elit nasional negara yang jujur.
“Kita masih hanya sampai pada kompetisi jumlah angka jauh dari Azas-azas Pemilu yang luber, jurdil, profesional, dan akuntabel sebagai realitas demokrasi yang harus kita perbaharui dengan masing-masing pihak tegas dan jujur pada posisi kebenaran dan mengakui posisi kelemahan serta kesalahannya selama pertandingan berlangsung dengan segera menyatakan sikap kebangsaannya yang konstitusional,” katanya.
Andri pun memandang proses administrasi penghitungan suara sudah dan sedang pada tahap rekapitulasi tingkat kabupaten/kota serta menurut jadwal 8-11 Mei 2019 akan dilakukan di 34 provinsi se-Indonesia.
Artinya, kata dia, secara demokrasi angka seharusnya dengan segala catatannya sudah diketahui oleh TKN (01) dan BPN (02), kisaran raihan angka pasangan Calon Presiden Wakil Presiden RI 2019-2024 sebagai hasil pilihan rakyat dalam kertas suara.
“Secara bijak, artinya bisa diambil sikap kenegarawan atas realitas Demokrasi angka dan juga Demokrasi Substantial agar dikursus Praksis Demokrasi paling transisional dalam sejarah kemerdekaan Republik dapat dituntaskan dengan sikap yang lugas dan tegas untuk “legacy” demokrasi menuju 2024,” ujar Andri.
Bila situasi nasional yang dalam kearifan lokal Sunda disebut ada potensi muncang diadu ka puhu (judi beradu kemiri), kata Andri, berebut angka demokrasi sampai puncaknya, yang bisa berakibat yang kalah pecah yang menang retak.
Ketidakjujuran selama pertandingan di lapangan yang keras dengan bobotoh yang hiruk pikuk, diakhiri dengan tragedi kemanusiaan wafatnya ratusan pekerja dan pejuang demokrasi yang sesungguhnya ini tidak sampai pada “rekonsiliasi nasional”.
“Maka para Dangiang Sunda (panghulu, intelektual, profesional, dan budayawan) yang terdiri dari tokoh tokoh berintegritas nasional dan internasional juga dengan para kaum bijak se-Nusantara — sebagai penurus jiwa-jiwa agung para leluhur Nusantara sebagai pemilik saham murni kesatuan dan persatuan negeri — wajib menyuarakan suara kebenaran dan perdamaian NKRI,” ujarnya seraya menyampaikan dukacita atas gugurnya para petugas KPPS selama menunaikan tugas.