Catatan Perjalanan Umrah Sufistik

oleh -1857 Dilihat
oleh

Perjalanan ke Baitullah Memenuhi Panggilan Allah

Semoga kalbu kita dan seluruh saudaraku selalu terjaga mengingat Allah, dan Allah selalu menjaga melindungi kita semua, selalu hadir menerangi kolbu bersyukur atas keagungan dan karunia-Nya.

Dari sebuah kerinduan hati yang ingin berjumpa dan hadir di tengah tengah Baitulllah ” Rumah Allah” sebagai hamba penuh dosa yang bisa dilakukan hanya berdo’a memohon ampunan dan dipanggil oleh Allah untuk diperkenankan hadir datang menghadap Allah di Baitullah, tanah suci Mekkah Almukaramah.

Atas izin dan takdir Allah, doa kami dijawab pada tanggal 18 September 2019. Kami sekeluarga, anak istri, dan ibu berangkat memenuhi undangan Allah ke Baitullah untuk melaksanakan umrah bersama rombongan dari Ponpes Azzainiyyah Nagrog di bawah bimbingan Pangersa KH. Aang Abdullah Zein putra dari Kasepuhan Almarhum KH. Aan Zezen “Pangersa Uwa”, dengan dibantu difasilitasi oleh Travel Nazma Zakia.

Dalam rombongan umroh ini yang dipandu oleh Pangersa Kh.Aang, berjuang berusaha menggali napak tilas nilai nilai perjuangan Rasullah bersama para sahabat, para Aulia, para sufi, para ulama solihin, walaupun kami menyadari bukan orang yang sholeh berlumuran dengan dosa sangat jauh bila dibandingkan dengan para kaum sufi, tapi setidaknya kami bertekad mempunyai cita cita ingin mengikuti jejak langkah Rasulullah, para sahabat, para aulia, para sufi, para ulama sholihin dalam perjalanan memenuhi panggilan Allah ke Baitullah.

Setelah berjiarah ke Makom Kasepuhan KH Aang Zezen “Pangersa Uwa” Sholawat, takbir, tahmid dan do’a para santri serta para sepuh di Ponpes Azzainiyyah Nagrog mengiringi keberangkatan kami bersama rombongan menuju Bandara Soekarno Hata Jakarta.

Hati dan jiwa bergetar, bahagia sampai tak terasa air mata mengalir, hati menjerit bersyukur “Ya Allah hamba Mu ini berangkat memenuhi undangan panggilan Mu ke Baitullah, lindungilah dan lancarkan selama perjalanan sampai di Baitullah”. Selama perjalanan hingga bandara Soekarno Hatta susana kebersamaan yang diiringi dengan sholawat, takbir, tahmid terus bergetar memperkuat qolbu yang sudah rindu ingin cepat menghadap Allah di Baitullah.

Saat roda pesawat bergerak akan terbang menuju Abu Dhabi, jiwa qolbu bergetar mensyukuri dan berbahagia atas undangan panggilan Allah ke Baitullah, air mata berlinang saking rindu atas rumah Allah, serta wajah wajah orang tua, keluarga, para sepuh, para ulama, para guru yang telah tiada seolah datang memperlihatkan wajahnya mengiringi dan merestui keberangkatan kami rombongan jamaah umrah , kami bersyukur dengan suasana qolbu yang kami rasakan atas restu dan ridho Allah Swt serta magfiroh dan syafaat Nabi Besar Muhamad Saw.

Tak terasa perjalanan Jakarta – Abu Dhabi kami diingatkan dengan suara pemberitahuan dalam pesawat dengan menggunakan bahasa arab dan ingris bahwa pesawat akan landing di bandara Abu Dhabi.

Pesawat mendarat di Bandara Abu Dhabi kami bersama rombongan para tamu Allah berganti pesawat menuju Jedah masih menggunakan pesawat maskapai penerbangan Ettihad – Abu Dhabi Jedah, selama pergantian pesawat qolbu terus bergetar seiring perjalanan semakin dekat menuju Baitullah, kami bersama rombongan selama perjalanan diiringi suara pesawat yang membelah angkasa menuju jedah, qolbu terus berdzikir dan bersyukur atas keagungan Allah dan ke maha besaran Allah atas kuasa Nya kami rombongan sedang perjalanan memenuhi undangan ke Baitullah.

Tidak lama kemudian pesawat akan landing dan akhirnya pesawat sampai di Bandara Jedah, kami bersama rombongan langsung secara spontan mengucapkan syukur alhamdulillah, dengan rasa jiwa qolbu terus bergetar bercampur rasa rindu akan Baitullah telah sampai di Bandara Jedah dilanjutkan menggunakan Bis perjalanan darat menuju Kota Madinah.

Setelah keluar dari Bandara Jedah sekitar 15 menit kami bersama rombongan berhenti di salah satu rest area untuk melaksanakan sholat shubuh sebelum melanjutkan perjalanan ke Madinah. Setelah selesai melaksanakan shubuh rombongan jamaah melanjutkan perjalanan ke kota Madinah. Dalam perjalanan darat menggunakan Bis pemandangan yang terlihat situasi gurun pasir, pegunungan batu yang sangat jauh berbeda dengan kondisi alam Indonesia.

Dengan kondisi alam yang panas gersang, atas do’a dan syafaat Kanjeng Nabi Muhamad SAW tidak mengurangi keberkahan tanah suci, kota mekah, madinah dan kota kota di Arab Saudi, menjadi kota dan negara makmur, kaya raya dengan sumber daya minyak bumi, serta makmur dengan banyak berdatangannya tamu tamu Allah berziarah ke Baitullah dari ummat Islam seluruh dunia yang mendatangkan devisa yang luar biasa bagi pendapatan negara Arab Saudi.

Ketika memandang kondisi alam gurun pasir, gunung bebatuan selama perjalanan menuju Madinah, dalam hati dan pikiran tergambar akan perjuangan Rasulullah bersama para sahabatnya dalam berjuang mensyiarkan Islam, menegakkan Dinul Islam dari kejaran kaum kafir qurais.

Di tengah panasnya gurun pasir, jalan bebatuan yang harus dilewati dari gunung ke gunung tidak menghentikan perjuangan dan da’wah Nabi Besar Muhamad SAW bersama para sahabatnya dalam membebaskan ummatnya dari kebodohan membawa ummatnya dari kegelapan ke arah terang benderang dengan pancaran Al Islam, dengan mengingat perjuangan Rasulullah membuat hati dan jiwa bergetar tak terasa keluar menetes linangan air mata, “subhanallah allahu akbar “, atas perjuangan Nabi Muhamad SAW kita dan saya sendiri di Indonesia bisa mengenal dan menganut Islam sebagai jalan hidup menuju Allah yang disembah sebagai tempat mengadu dan mohon ampunan dan perlindungan.

Pengalaman yang luar biasa dengan menyaksikan dan merasakan kondisi situasi alam lingkungan selama perjalanan ke Madinah, saya sendiri menjadi terkagum kagum teringat akan kondisi alam Indonesia khususnya kampung halaman Sukabumi, yang indah, alam dengan tumbuh tumbuhan yang hijau, tanah subur serta kondisi cuaca yang sejuk nyaman bila dibanding di arab saudi.

Allah telah menganugerahkan alam yang indah dan kekayaan sumber daya alam yang luar biasa kaya untuk kita semua warga bangsa Indonesia, namun kita melupakannya tidak bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh Allah Swt.

“Ya Allah jangan jadikan kami hamba-Mu ini orang orang yang tidak bersyukur atas karunia Mu, jangan jadikan kami orang orang yang kufur atas Ni’mat Mu”. Di Indonesia mau menanam apapun akan tumbuh saking subur tanahnya bila dibandingkan dengan kondisi tanah gurun pasir, bebatuan sebagaimana kondisi alam selama perjalanan dari Jedah ke Kota Madinah.

Abdul Salam Nur Ahmad, S.Ag | Ketua Mazelis Dzikir Nur Muhamad

No More Posts Available.

No more pages to load.