Grup WA dan Kita

oleh -713 Dilihat

Oleh: Roni Tabroni

Seberapa banyak grup WA yg ada di gadget kita? Mungkin ada 10, atau lebih dari 30.

Untuk satu komunitas pun grupnya bisa dua, tiga, atau lebih. Di kantor bisa tiga atau lima grup. Mahasiswa antar temannya bisa beberapa grup. Seorang aktivis di organisasi yang sama bisa bergabung beberapa grup yang mirip. Di keluarga besar, grup juga bisa ada beberapa. Antar anggota pengajian, grupnya tidak cukup satu, padahal mesjidnya sama. Anak sekolah, orang tuanya bikin grup WA dan tidak hanya satu. Kumpul-kumpul sebentar, sebelum bubar bikin grup WA dulu. Komunitas punya grup WA. Mengikuti kegiatan, pesertanya bikin grup WA.

Grup WA bisa dibuat untuk beragam kepentingan. Intinya semua beralasan untuk koordinasi dan silaturahim. Untuk level kantoran dan dunia pekerjaan, grup WA dibuat untuk mempermudah pekerjaan. Grup WA diharap dapat memperlancar informasi kerja.

Koordinasi juga bisa dijadikan alasan untuk aktivitas lain seperti di dunia organisasi. Kegiatan-kegiatan dari yang profit sampai sosial, lebih lancar jika anggotanya bergabung dalam grup WA.

Di dunia pendidikan juga dilakukan kini antara pihak sekolah (guru) dengan orang tua murid. Semua kegiatan siswa dapat terkomunikasiksn di sini. Orang tua dapat berkomunikasi antar orang tua dan guru kapan saja.

Silaturahim menjadi alasan lain mengapa kita perlu bergabung di grup WA. Setiap keluarga (baik kecil maupun keluarga besar) kini berkumpul dalam grup WA. Di grup ini bahkan tidak sedikit antar anggota yang sudah tidak mengenal menjadi terhubung kembali.

Silaturahim juga dilakukan untuk alumni. Grup Alumni baik sekolah, Perguruan Tinggi, kursus, program tertentu, atau kegiatan tentatif lainnya, selalu ingin menjaga silaturahim. Dan grup WA dibuat untuk itu.

Komunitas masyarakat yang memiliki hobi dan kegiatan yang sama juga mengikat diri di grup WA. Bahkan orang yang memiliki kecenderungan yang sama (apapun itu) akan langsung membuat grup atas dasar silaturahim.

Banyak juga grup yang dibuat secara tentatif. Karena ada kegiatan atau program maka grup WA cepat dibuat. Semakin banyak terlibat dalam kegiatan, semaki banyak grup WA nya.

Begitu banyaknya grup WA, maka kita akan berjumpa dengan orang yang itu-itu juga. Orang yang sama bisa berbarengan di tiga bahkan sampai sepuluh grup yang berbeda. Irisan orang dalam grup itu sangan besar sekali.

Tetapi ada juga orang-orang yang kita tidak kenal sma sekali. Walaupun berada di grup yang sama, silaturahim sebenarnya tidak terbangun. Sekalipun itu grup keluarga.

Perilaku kita dalam grup WA kadang tidak sama. Di grup tertentu kita sangat aktif dan agresif. Di grup yang lainnya kita sangat pasif. Di grup yang satunya kita sangat vulgar dan terkadang cabul, di grup tetangganya kita bisa menjadi sangat alim. Di grup satunya kita menjadi sok pemimpin yang berwibawa, di grup lainnya sangat mellow dan kekanak-kanakan. Di grup satu sok pintar dan bijak tapi di grup lainnya normatif atau bahkan pengecut.

Karena tingginya lalu lintas percakapan dan banyaknyabgrup yang mirip-mirip, maka potensi salah posting menjadi tinggi, disitulah terkadang orang tidak bisa menyembunyikan diri yang sebenarnya.

Dalam grup WA anggotanya sangat beragam. Anak kecil, milenial, eks milenial, bahkan generasi old bisa berkumpul bersama. Belum lagi profesi, latar belakang pendidikan, dan kesukaan yang berbeda. Bahkan cara fikir dan pandangan terhadap dunia antar sesama anggota grup bisa ekstream perbedannya. Bahkan pilihan politik pun sangat dimungkinkan beragam.

Kondisi inilah yang terkadang melahirkan tiga perilaku baru, yang pertama keluar dari grup karen tidak nyaman dengan konstalasi yang ada. Kedua, karena ingin menjaga agar tidak dibilang yang bukan-bukan, walaupun tidak suka dengan lalu lintas percakapan, orang lebih memilih passif abis. Dan ketiga, antar anggota grup yang tidak sepaham dengan mainstream percakapan, akan membuat grup baru tanpa keluar dari grup sebelumnya. Di grup baru mereka akan melakukan percakapan baru sambil nguping di grup sebelumnya.

Dari sisi konten, grup WA hanya ada empat, pertama berbagi informasi dan inspirasi. Kedua, menyampaikan tausiah dan wejangan-wejangan lainnya, ketiga, hoaks, baik yang norak maupun yang tersembunyi (karena didukung data dan fakta). Dan ke empat isu Pilpres dan politik lain.

Bahkan untuk point empat ini kini menjadi mainstream isu di grup WA, apapun nama grupnya. Info politik yang sama akan dilihat di grup yang beragam. Kalau ada hoaks politik kita akan melihatnya di grup yang banyak.

Disinilah mungkin kita perlu meningkatkan wawasan, sebab menjadi masyarakat “Kampung” WA, kita akan dihadapkan pada beragam jenis orang dan konten yang sangat unik dan menantang.

Baraya Travel, 27 Maret 2019

No More Posts Available.

No more pages to load.