POLITIKA – Momen sakral demokrasi, 17 April 2019, sudah berlalu. Apapun hasilnya, siapapun yang terpilih harus diterima dengan lapang dada, legawa, disikapi dengan bijaksana. Harus siap kalah atau siap menang.
Sekretaris Gerakan Indonesia Satu, Abdul Salam Nur Ahmad, memandang hitung cepat (quick count), cara akademis untuk mengetahui dengan cepat siapa pemenang Pilpres maupun Pileg Pemilu 2019. Hanya menjadi gambaran akademis ilmiah pemenang Pilpres.
“Namun dari pengalaman dan secara akademis hasil quick count dianggap tidak akan jauh berbeda dengan hasil rekapitulasi KPU RI. Kalau ada pihak pihak yang menolak atau tidak setuju atas hasil quick count jangan diterima. Tunggu hasil KPU, bantah buktikan secara akademis atas hasil quick count tersebut,” katanya.
Sekarang ada yang lebih penting. Menjaga kedamaian pascapemilu 2019. “Stop permusuhan, stop provokasi rakyat, stop hoax, stop pecah belah rakyat, stop pecah belah ummat, stop adu domba sesama anak bangsa,” ujar inisiator Perhimpunan Pergerakan Jejaring Nasional Aktivis 98 itu.
‘Jangan sampai rakyat terombang-ambing dipertontonkan permusuhan elite politik, rakyat diombang ambing dalam konflik elit politik, jangan eksploitasi rakyat untuk memusuhi sesama anak bangsa, sehingga berimbas pada ketidakpastian perekonomian rakyat,” katanya.
Ditandaskan, lebih baik energi bangsa ini, spirit persaudaraan, kebersamaan dipusatkan untuk membangun, bersatu padu bekerja menggerakan dan membangun perekonomian negeri. Jangan larut dalam konflik politik, jangan larut dalam konflik sesama anak bangsa. Harus diakhiri.