Kekuatan Sistem Politik dari Kepercayaan Publik

oleh -736 Dilihat
oleh

Pikirkanrakyat.com – Belum habis kegemparan dan kekecewaan masyarakat melihat peristiwa pada institusi polri pada kasus mantan jendral serta mantan kepala kadiv propam yg berhasil merencanakan pembunuhan brigadir J dengan cara yang sadis, dan melibat 98 orang anggota polisi, dan memberikan kesan ada apa dengan institusi polri, meruntuhkan kepercayaa publik terhadap institusi polri. Masih ramai jadi pembicaraan publik timbul isu bbm akan naik, dan benar saja bbm naik hari rabu siang menjelang sore tepat setengah 3 WIB menggocangkan masyarakat di nkri, mulai dengan obrolan di warung kopi, mulai dari efek domino kenaikan bbm, semua narasi di lempar keruang publik, hingga demo sampai dengan hari ini, bentuk dari hilang kepercayaan publik terhadap “policy” yang diambil dari pemerintah. Hingga hari ini ramai netizen yang menggutuk pak jokowi dan partai pdip. Khusus pdip yang dulu pada rezin sby, sampai nangis semua pejabat pdip karena sby menaikkan bbm, dan tegas menolak bbm serta mengancam akan mengirim 15000 orang untuk menggepung istana apabila dinaikkan bbm pada rezim sby, tapi hari ini mereka partai pdip setuju jokowi menaikkan bbm dengan alasan untuk mengurangi beban subsidi bbm yang ditanggung negara. Hal ini logika yang keliru dari pdip dan pak presiden jokowi. Serta membuat pdip justru kehilangan kepercayaan publik.

 

Kekuatan Politik Adalah Kepercayaan Publik

Ketika kekuatan diartikan dalam kbbi ialah sebuah tenaga untuk melakukan sesuatu. Partai politik hanya bisa berbuat banyak ketika mempunyai kekuatan politik, salah satu dengan menguasai kepercayaan publik minimal mendapatkan 4% suara nasional ketika pileg. Setelah itu baru mereka bisa bicara didalam rapat paripurna, tanpa kepercayaan publik mereka hanya sekelompok orang yang tidak berdaya. Penjelasan diatas kepercayaan publik menjadi faktor penting dalam partai politik dan lembaga seperti polri dapat bekerja secara kuat dan lancar. Dengan dua kasus diatas membuat kepercayaan publik menurun terhadap partai politik bukan hanya pada pdip dan institusi polri, tapi partai politik yang diam ketika bbm naik, serta pada para anggota polisi yang tidak baik dann terlibat dalam pembunuhan brigadir J. Khususnya logika keliru pdip yang mengganggap naiknya bbm karena beban subsidi ini blunder politik, kenapa karena beban subsidi bbm sedari awal sudah dihitung oleh kementerian terkait, dan negara menanggung beban bbm minimal sampai akhir tahun 2022, ditambah lagi masyarakat sekarang baru memulai langkah untuk memulihkan ekonomi pasca pandemi. Langkah ini sudah menghilangkan kepercayaan publik, kita hanya bisa melihat bagaimana reaksi kepercayaan publik yang hilang terhadapa partai politik di 2024 dan institusi polri, masih percaya masyarakat bahwa reformasi polri dan amanat jendral hoegeng di polri masih ada.

 

Peluang dan Ancaman

Krisis kepercayaan publik membawa efek untuk sistem politik dinegara dan membentuk pemahaman masyarakat baru tentang sistem politik dalam rangka menghadapi pemilu 2024. Beberapa peluang akan adanya perubahan kearah yang lebih baik masih menjadi optimis dimasyarakat terhadap anak muda yang melek politik, dan sudah digadang-gadang menjadi caleg kepada mereka kepercayaam muncul akan sistem politik yang lebih baik. Bermunculan partai baru yang bernuansa ideologi islam, dan nasionalisme menjadikan mereka partai baru tersebut peluang untuk menyakini kepercayaan publik untuk menjawab krisis sistem politik di negara ini. Serta anggota kapolri yang sebelumnya berseberangan dengan ferdy sambo dengan kasus mendapatkan syukur luar biasa atas terungkap kasus ini dan berharap bisa lebih eksis dipolri sepeninggal ferdy sambo habis karir dipolri, hal ini tentu bagus untuk reformasi polri kedepannya. Selaing peluang, ada ancaman. Ancaman rusaknya calon pemimpin muda melihat semrawut sistem politik, ditambah lagi banyak pemimpin tumbuh dengan tidak percaya diri karena support social sistem dari masyarakat dikarenakan kepercayaan terhadap pemimpin sudah tidak ada lagi. Kemungkinan partai-partai besar dengan indikator suara nasional akan menurunkan karena perilaku mereka yang tidak baik, karena diam saat bbm dinaikkan.

Optimis Harus Selalu Ada

Hidup tanpa optimis akang melahirkan sejarah yang lebih buruk dimasa depan, maka dari itu optimis harus tetap dibangun bagaimanapun realita sistem politik yang kita hadapi saat ini. Kita optimis 2024 akang menghasilkan pemimpin yang pro rakyat bukan pro oligarki dan hanya mementingkan kepentingan partainya saja.

 

Rico Ibrahim S.Ikom M.A.

Dosen di Institut Agama Islam Cipasung

No More Posts Available.

No more pages to load.