Kontestasi Pemilihan Presiden RI kali ini sama dengan Pilpres terakhir kali yang menyodorkan hanya dua pasangan. Di petahana, Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dan di kubu satunya mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno. Bagi Masyarakat Unggul (Maung) Institute Bandung, masyarakat dari semenjak dini sudah memiliki kecenderungan untuk memilih. Sebab, kedua pasangan ini telah dikenal publik sejak lama. Baik dalam kiprah politik maupun kebangsaan.
Bagi Maung, menyikapi Pilpres kali ini tetap konsisten dengan sikapnya yang tidak akan memilih Jokowi sejak dini, maka pilihan untuk Pilpres ini tentu saja pada Prabowo-Sandi. Hal ini disampaikan ketua Maung Institute HM. Rizal Fadillah, SH sebagai sebuah keniscayaan.
Maung Institute menyampaikan tiga alasan kenapa mereka tidak memilih petahana. Pertama, Jokowi telah membawa negara ini bangkrut dan menjadi negara gagal (failed state), tidak membuat rakyat bahagia, banyak dusta, dan sangat membuka pintu bagi maling berkedok ‘investasi’ asing.
Kedua, back up kuat yang membuat percaya diri Jokowi maju untuk dua periode perlu dibuktikan dengan penumbangan kekuasaan oleh kekuatan riel (suara) rakyat. Ketiga, Prabowo-Sandi adalah harapan kepemimpinan baru yang lebih jujur dan mandiri, mengubah karakter pemimpin yang selama ini mempermainkan negara dan rakyat demi kepentingan diri, kelompok, pemodal dan partai pendukung.
Maung Institute Bandung optimal mendukung dan berjuang untuk sukses Prabowo-Sandiaga Uno karena sebagai bagian dari umat Islam merasa terlecehkan dengan gaya politik yang menarik-narik ulama demi sekedar mendulang suara. Prabowo-Sandi adalah wujud konkrit spirit 2019 ganti Presiden. Sulit membendung perubahan politik di negeri yang seharusnya besar ini. “Tahap perjuangan politik keumatan dan kerakyatan saat ini adalah menumbangkan rezim Jokowi menangkan Prabowo Sandi.” pungkas Rizal. (red)