Forum Dialog Kebangsaan di Kampus UI, Memposisikan Diri Menghadapi Ketidakpastian Global

oleh -1116 Dilihat
oleh

DEPOK – Forum Dialog Kebangsaan Universitas Indonesia bertema “NKRI Sebagai Basis Kesatuan Ekonomi Dalam Menghadapi Ketidakpastian Global” membuka mata. Kualitas SDM di Indonesia mesti mampu menembus persaingan global.

Narasumber yang hadir memaparkan pandangan sesuai kepakaran bidangnya. Prof. Hikmahanto Juwana (Posisi NKRI dalam menghadapi Adidaya Dunia/Guru Besar Hukum Internasional UI), Prof. Hamdi Muluk (Pola Pikir dan Pola Sikap SDM Indonesia dalam menghadapi Persaingan Global di Era Digital/Guru Besar Psikologi UI), Dr. Febrio Kacaribu (NKRI sebagai Kesatuan Ekonomi dalam Pentas Dunia). Jenderal Purn. Try sutrisno (Mantan Wapres RI/Tamu khusus), Julian Aldrin Pasha, Ph.D (Moderator/Ketua Program Ilmu Politik UI), dengan peserta sekitar 120 orang.

Rektor Universitas Indonesia, Muhammad Anis, mengatakan Forum kebangsaan ini merupakan yang keempat kalinya digelar.

“Sejak diluncurkan oleh Presiden Jokowi, dengan mengenal cepat karakteristik kaum Milineal kita juga bisa menangani secara tepat. Forum kebangsaan ini merupakan etalase dalam menyampaikan masalah kebangsaan seluas-luasnya,” katanya.

Anis mengajak seluruh civitas akademika agar memikirkan berbagai perspektif lintas generasi. UI akan terus berupaya peka dalam mencapai alternatif solusi dalam berbagai macam permasalahan bangsa.

Menurutnya UI akan selalu memperhatikan akademis dan memperhatikan kewajiban dengan beradab. Sikap merupakan faktor penting dalam memaksimalkan dalam diri sendiri seseorang dan konstituen mencapai target dan mandiri. Rasa berprikemanusiaan dan berkeadilan.

Ketua Forum Kebangsaan Universitas Indonesia/Dekan FEB UI, Prof. Arie Kuncoro menuturkan, untuk kesekian kali menggelar forum ini untuk mengembalikan semangat kesatuan.

“Beruntung kita negara NKRI kalau tidak kita hanya menjadi penonton. Negara kita luas mulai Britania hingga ke Pegunungan Ural. Kita masing-masing sudah punya sumber informasi di HP kita masing-masing. Dulu kita diajarkan bumi bulat sekarang ada kelompok yang mempercayai bumi datar biar kita bilang bulet mereka tidak percaya karena itu informasi yang mereka dapat,” katanya.

Sekarang, menurutnya, sedang mengalami perang dagang antara Amerika dan Cina produk mulai kabur dan ada yang ke Indonesia. Dalam perang dagang, Indonesia memiliki modal. Paling tidak, jumlah penduduk saja sudah 250 juta.

“Siapa yang menyangka akan perang dagang antara Cina dengan Amerika, Amerika dengan Australia dan Eropa (dalam produk tertentu). Kita tidak perlu mati jika gajah berkelahi pelanduk harus tetap hidup dengan mencari peluang,” katanya memaparkan.

Prof. Hikmahanto Juwana menandaskan, dunia tidak lagi memperebutkan wilayah, Indonesia pernah dijajah oleh Belanda dan Jepang. Soekarno mengajak dunia melawan kolonialisasi dengan cara dekolonisasi. Pasar disibukkan dengan produksi dan dunia disibukkan dengan perebutan ideologi.

“Sekarang tidak ada perebutan ideologi dan wilayah sekarang perebutan Pasar dan tempat berproduksi. Indonesia tentu banyak sumber daya alam, negara seperti Cina Jepang tetap berproduksi karena tidak mungkin yang diproduksi hanya dikonsumsi oleh negara tersebut”, katanya.

Negara adidaya, menurutnya, sudah mengalami pergeseran, bukan hanya negara adidaya tempat produksi. Ada empat tempat yang paling bagus untuk produksi, Indonesia dengan populasi kelas menengah yang berkembang dan pendukung yang banyak.

Indonesia merupakan tempat terbaik. Sehebat apapun produk yang dijual di Indonesia tidak ada yang menandingi negara tersebut. Masyarakat Indonesia sangat mudah dirubah preferensinya dengan iklan dan opini. Kalau mau berobat datang ke Indonesia padahal banyak dokter Singapore belajar dari Universitas Indonesia tapi itu lah preferensi.

“Pemerintah yang tidak pandai memainkan perdagangan internasional harusnya hambatan harus dikuasai. Apa yang kita sikapi ketika produk sawit menjadi permasalahan dunia dianggap melanggar HAM,” ujarnya.

Di Amerika yang dimakan ayam hanya dadanya makanya Amerika mengekspor ke Indonesia karena yang dimakan orang Indonesia cekernya pun di makan. Jadi, menurut dia, perlu ada kecerdasan ketika menghadapi hal seperti ini.

“Persaingan dunia tidak mungkin dihadapi kalau tidak melakukan integrasi. Pada suatu hari nanti tidak menutup kemungkinan negara negara Uni Eropa menjadi negara United Eropa,” kata Hikmahanto Juana.

Prof. Hamdi Muluk menyoroti pola pikir dan pola sikap SDM Indonesia menghadapi persaingan global pada era digital.

“Hari ini saya fokus pada basis sosial, basis ideologi, basis psikel untuk memajukan Indonesia untuk menghadapi generasi 4.0. Kondisi SDM Indonesia saat ini yang tua korup yang muda mabuk, ascom (asal comot di google), tidak mau antri, buang sampah sembarangan dan pemilu ribut. Potret SDM Indonesia hari ini, HDI 108 dari 152 negara, tenaga skilled hanya 7%, kompetitif index 45 dari 48. Masalah riset kita hanya 1 per 1 juta penduduk. Era industri 4.0 barus dukung dengan SDM yang mumpuni, kata Ahok tujuan saya jadi gubernur hanya tiga bagaimana otak masyarakat penuh, perut penuh dan dompet penuh, intinya yang penting sekarang sosial skill dan sistem skill,” katanya.

“pa yang harus dilakukan dengan sumber daya alam, ekonomi capital, social capital dan cultural capital, psikological capital. Kita mulai dari mana? Perlu gerakan nasional besar – besaran, gerakan nasional revolusi mental,” kata Prof Hamdi Muluk.

Dr. Febrio Kacaribu menyampaikan materi “NKRI sebagai Kesatuan Ekonomi dalam Pentas Dunia/Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI), mengatakan: 16 besar ekonomi terbesar dunia Indonesia salah satunya. Indonesia salahsatunya negara yang pertumbuhan ekonominya dunia.

“Kita bukan bangsa anak bawang pesaing kita Jepang dan Jerman. Kita sudah biasa menghadap gejolak tetapi ekonomi kita terus tumbuh. Pendapatan nasional kita didominasi sektor jasa. Sektor pertanian semakin sedikit,” katanya.

Pertanian, kata dia, bukan tanaman yang di belakang rumah, bukan bertani satu hektar kalau itu sampai kapanpun tidak akan berubah tapi pertanian 100 Ha.

“Kita juga sedang menikmati bonus demografi jangan sampai kita tumbuhnya tidak maksimal hingga periode 2030. Komoditas ekspor kita kalau bukan batubara ya kelapa sawit, yang canggih cuma otomotif masih didominasi sumber daya alam. Musuh kita paling dekat sekarang ya Vietnam, dia pesaing baru kita dan mulai dominan sekarang. Kenapa Amerika merasa tidak secure karena sebentar lagi Cina akan over lap kita jangan terjebak dalam trade war tapi bagaimana mencari peluang dan menarik iklim investasi,” katanya. (SG)

No More Posts Available.

No more pages to load.