Catatan Diella Dachlan |
INI yang kalian mau? Negeri yang pernah indah dan damai tinggal kenangan, puing-puing dan trauma?.
Kalau “surga”mu akan menyeret sebagian besar sesama ke neraka, “surga”mu perlu dipertanyakan kembali sejernih-jernihnya. Benar itu “surga” atau syahwat duniawi yang dibungkus-bungkus?
Atau kemarahan dan ketidakbahagiaan diri berakar tersembunyi sangat dalam di jiwa yang perlu jalan keluar untuk diletupkan dengan berbagai alasan pembenaran? Kalau sudah tinggal puing dan trauma, apa masih relevan perdebatan kita ini? Lantas bagaimana dengan anak-anakmu? Anak-anak kita?
Saya kasih tanda kutip di sini karena pemahaman “surga” mungkin berbeda bagi tiap orang dan belum ada satu pun dari kita yang sudah sampai sana.
Semakin banyak saya membaca narasi yang berbeda dari berbagai kelompok, saya semakin paham bahwa tidak ada kebenaran absolut di sini. Semua pihak punya versinya.
21 tahun lalu di bulan Mei yang panas dan kelabu, sebagian dari kita (termasuk saya) pernah melihat kota ini terbakar. Kita pernah dijejali gambar2 jasad yang menghangus. Lalu, kita mengalami serangkaian perang saudara yang tidak perlu: Ambon, Kalimantan, Madura. Baru dua dekade dan syahwat perang tampaknya tak kunjung padam. Kangen perang ya?
Bahkan fakta kalau saat ini adalah bulan suci Ramadan pun tampaknya tidak lagi sanggup meredam syahwat ini. #Istighfar banyak-banyak sambil menahan diri. Lihat kan, bahkan saat ini mengendalikan diri pun perlu usaha sangat besar!! 22/5/19.